037.HUKUM WANITA MEMPELAJARI ILMU TENTANG HAID

Pertanyaan :
a. Bagaimana hukumnya wanita yang tidak lagi mempelajari ilmu tentang haid?

Jawaban:
a. Bagi wanita yang telah masuk usia haid tetapi ia belum memahami tentang Haid dan permasalahannya, maka haram baginya meninggalkan (tidak) belajar tentang ilmu haid dan permasalahannya itu, karena ilmu tersebut
berhukum fardlu ain.ﺍﻹﻗْﻨَﺎﻉُ ﻓِﻲ ﺣِﻞِّ ﺃَﻟْﻔَﺎﻅِ ﺃَﺑِﻲ ﺷُﺠَﺎﻉٍ ﻟِﻤُﻮْﺳَﻰﺍﻟْﺤِﺠَﺎﻭِﻱّ 1: 94/ﻓَﺎﺋِﺪَﺓٌ: ﺣَﻜَﻰ ﺍَﻟْﻐَﺰَﺍﻟِﻲ ﺃَﻥَّ ﺍْﻟﻮَﻃْﺊَ ﻗَﺒْﻞَ ﺍْﻟﻐُﺴْﻞِ ﻳُﻮْﺭِﺙُﺍﻟْﺠُﺬَﺍﻡَ ﻓِﻲ ﺍْﻟﻮَﻟَﺪِ، ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ﺗَﻌَﻠُّﻢُ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻜَﺎﻡِ ﺍﻟْﺤَﻴْﺾِ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِﺤَﺎﺽِﺓَ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﺱِ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻬَﺎ، ﻭَﺇِﻻَّ ﻓَﻠَﻬَﺎ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝُ ﻟِﺴُﺆَﺍﻝِ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ، ﺑَﻞْ ﻳَﺠِﺐُ ﻭَﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﻨْﻌُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﻫُﻮَ ﻭَﻳُﺨْﺒِﺮَﻫَﺎ ﻓَﺘَﺴْﺘَﻐْﻨِﻲ ﺑِﺬَﻟِﻚَ، ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬَﺎ ﺍْﻟﺨُﺮُﻭْﺝُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺠْﻠِﺲِ ﺫِﻛْﺮٍ ﺃَﻭْ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻢِ ﺧَﻴْﺮٍ ﺇِﻻَّ ﺑِﺮِﺿﺎَﻩُ Kitab Al-Iqna’ Fi Hil Alfadhi Abi Suja’ Li Musa al- Hijawiy, Juz 1, hlm 94: “Faidah : telah dikisahkan oleh Imam Ghozali bahwa sesungguhnya bersenggama sebelum mandi (bagi wanita yang berhenti dari hadats besar) itu bisa mengakibatkan penyakit judam (kusta) pada anak. Wajib bagi seorang wanita mengetahui ilmu yang dibutuhkannya termasuk hukum-hukum haid, istihadzoh, serta nifas. Andai suaminya mengetahui ilmu tersebut maka wajib mengajarinya, dan andaikan tidak bisa maka wanita tersebut diperbolehkan keluar untuk mengaji / bertanya pada ulama’ bahkan wajib dan haram bagi suami tersebut melarang isterinya, kecuali dia mau bertanya dan memberi tahukan kepada isterinya sehingga isterinya sudah merasa cukup dengan berita / kabar darinya,seorang isteri tidak boleh keluar menuju tempat dzikir atau tempat belajar kebaikan kecuali dengan ridhonya.”ﺗُﺤْﻔَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﺝِ ﻓِﻲ ﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟْﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ: 43 / ,426) ﺗَﻨْﺒِﻴﻪٌ ( ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻜَﺒَﺎﺋِﺮِ ﺗَﺮْﻙُ ﺗَﻌَﻠُّﻢِ ﻣَﺎﻳَﺘَﻮَﻗَّﻒُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺻِﺤَّﺔُ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﻓَﺮْﺽُ ﻋَﻴْﻦٍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻜِﻦْ ﻣِﻦْﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮَﺓِ ﻟَﺎ ﺍﻟْﺨَﻔِﻴَّﺔِ .
Kitab Tuhfah al-Muhtaj Fi Syarh al-Minhaj, Juz 43, hlm 426:“Tanbih: Selayaknya sebagian dosa besar bagi yang meninggalkan belajar ilmu yang bisa mengesahkan fardhu ‘ain hanya saja sebatas permasalahan yang jelas bukannya permsalahannya yang samar.”

Pertanyaan :
b. Sebatas mana seorang wanita harus memahami ilmu-ilmu tersebut?

JAWABAN
Sebatas ilmu yang ia butuhkan untuk melaksanakan hal-hal yang difardlukan, sehingga perkara fardlu yang telah ia laksanakan dihukumi sah. Misalnya dalam hal sholat, maka ia wajib mempelajari tentang syarat, rukun dan hal-hal terkait dengan shalat sehingga menjadikan sholat yang ia lakukan itu sah.ﺇِﻋَﺎﻧَﺔُ ﺍﻟﻄَّﺎﻟِﺒِﻴْﻦَ : /4 80)ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ( ﺃَﻱْ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻤَﻮَﺍﺿِﻊِ ﺍﻟْﻤَﺬْﻛُﻮْﺭَﺓِ ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺧُﺮُﻭْﺟُﻬَﺎﻟِﺘَﻌَﻠُّﻢِ ﺍْﻟﻌُﻠُﻮْﻡِ ﺍْﻟﻌَﻴْﻨِﻴَّﺔِ ﺃَﻱْ ﻛَﺎْﻟﻮَﺍﺟِﺐِ ﺗَﻌَﻠُّﻤُﻪُ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌَﻘَﺎﺋِﺪِﻭَﺍْﻟﻮَﺍﺟِﺐِ ﺗَﻌَﻠُّﻤُﻪُ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺼَﺤِّﺢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻭَﺍﻟﺼِّﻴﺎَﻡَ ﻭَﺍﻟْﺤَﺞَّﻭَﻧَﺤْﻮَﻫَﺎ.
Kitab I’anah al-Tholibiin, Juz 4, hlm 80:“(Qouluhu Khurujuha) termasuk tempat-tempat yang boleh didatangi yaitu tempat keluarnya seorang wanita untuk mencari ilmu yang ‘ainiyah (ilmu pribadi) contohnya seperti ilmu yang wajib dipelajarinya yaitu ilmu aqo’id, dan perkara yang wajib dipelajarinya yaitu ilmu yang mengesahkan sholat, puasa, haji dan sebagainya.”

Pertanyaan :
c. Berdosakah pengelola yayasan/ sekolah yang tidak mengajarkan ilmu-ilmu yang wajib (fardhu ‘ain) untuk dipelajari, seperti ilmu tentang kewanitaan?

JAWABAN
Jika pengelola yayasan mengetahui muridnya tidak mengetahui ilmu fardlu ain itu, maka berdosa jika membiarkannya, sementara pihak yayasan mampu memberikan pelajaran tentang ilmu itu. Dan apabila tidak mampu, maka harus memberi kesempatan muridnya untuk belajar di luar.ﺳُﻠَّﻢُ ﺍﻟﺘَّﻮْﻓِﻴْﻖِ :ﺹ 15.} ﻓَﺼْﻞٌ{ ﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ ﺃَﺩَﺍﺀُ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﺍَﻭْﺟَﺒَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﻬْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﺍِﻥْ ﻗَﺪَﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺍِﻻَّﻓَﻴَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻِﻧْﻜﺎَﺭُ ﺑِﻘَﻠْﺒِﻪِ ﺍِﻥْ ﻋَﺠَﺰَ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻘَﻬْﺮِ ﻭَﺍْﻻَﻣْﺮِﻭَﺫَﺍﻟِﻚَ ﺍَﺿْﻌَﻒُ ﺍْﻻِﻳْﻤَﺎﻥِ .
Kitab Sulam al-Taufiq, hlm 15:“Faslun: Wajib bagi setiap mukallaf untuk melaksanakan segala yang diwajibkan oleh Allah, dan wajib pula memaksa orang lain untuk melaksanakan kewajiban tersebut apabila punya kemampuan, dan bila tidak punya kemampuan maka wajib ingkar dengan hati bila mana lemah untuk memaksa dan memerintah dan ini adalah iman yang paling lemah.”ﻣُﻐْﻨِﻲ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﺝِ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﺃَﻟْﻔَﺎﻅِ ﺍﻟْﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ : 1/296ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ﺗَﻌَﻠُّﻢُ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻜَﺎﻡِﺍﻟْﺤَﻴْﺾِ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِﺤَﺎﺽِﺓَ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﺱِ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻬَﺎ، ﻭَﺇِﻻَّ ﻓَﻠَﻬَﺎ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝُ ﻟِﺴُﺆَﺍﻝِ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ، ﺑَﻞْﻳَﺠِﺐُ ﻭَﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﻨْﻌُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﻫُﻮَ ﻭَﻳُﺨْﺒِﺮَﻫَﺎKitab Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifati Alfadzi al-Minhaj, Juz 1, hlm 296.
“Wajib bagi seorang wanita mempelajari ilmu yang dibutuhkannya yakni ilmu haid, istihdzoh dan nifas, andai kata suaminya alim maka dia wajib mengajarinya, andaikata suaminya tidak alim maka wanita tersebut boleh keluar untuk bertanya pada ulama’ bahkan wajib, dan haram bagi seorang suami menghalanginya kecuali dia mau bertanya dan memberi keterangan kepada isterinya.”