Pertanyaan :
a. Bagaimana hukumnya wanita yang tidak lagi mempelajari ilmu tentang haid?
Jawaban:
a.
Bagi wanita yang telah masuk usia haid tetapi ia belum memahami tentang
Haid dan permasalahannya, maka haram baginya meninggalkan (tidak)
belajar tentang ilmu haid dan permasalahannya itu, karena ilmu tersebut
berhukum
fardlu ain.ﺍﻹﻗْﻨَﺎﻉُ ﻓِﻲ ﺣِﻞِّ ﺃَﻟْﻔَﺎﻅِ ﺃَﺑِﻲ ﺷُﺠَﺎﻉٍ
ﻟِﻤُﻮْﺳَﻰﺍﻟْﺤِﺠَﺎﻭِﻱّ 1: 94/ﻓَﺎﺋِﺪَﺓٌ: ﺣَﻜَﻰ ﺍَﻟْﻐَﺰَﺍﻟِﻲ ﺃَﻥَّ
ﺍْﻟﻮَﻃْﺊَ ﻗَﺒْﻞَ ﺍْﻟﻐُﺴْﻞِ ﻳُﻮْﺭِﺙُﺍﻟْﺠُﺬَﺍﻡَ ﻓِﻲ ﺍْﻟﻮَﻟَﺪِ، ﻭَﻳَﺠِﺐُ
ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ﺗَﻌَﻠُّﻢُ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻜَﺎﻡِ
ﺍﻟْﺤَﻴْﺾِ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِﺤَﺎﺽِﺓَ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﺱِ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ
ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻬَﺎ، ﻭَﺇِﻻَّ ﻓَﻠَﻬَﺎ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝُ ﻟِﺴُﺆَﺍﻝِ
ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ، ﺑَﻞْ ﻳَﺠِﺐُ ﻭَﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﻨْﻌُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ
ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﻫُﻮَ ﻭَﻳُﺨْﺒِﺮَﻫَﺎ ﻓَﺘَﺴْﺘَﻐْﻨِﻲ ﺑِﺬَﻟِﻚَ، ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬَﺎ
ﺍْﻟﺨُﺮُﻭْﺝُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺠْﻠِﺲِ ﺫِﻛْﺮٍ ﺃَﻭْ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻢِ ﺧَﻴْﺮٍ ﺇِﻻَّ ﺑِﺮِﺿﺎَﻩُ
Kitab Al-Iqna’ Fi Hil Alfadhi Abi Suja’ Li Musa al- Hijawiy, Juz 1, hlm
94: “Faidah : telah dikisahkan oleh Imam Ghozali bahwa sesungguhnya
bersenggama sebelum mandi (bagi wanita yang berhenti dari hadats besar)
itu bisa mengakibatkan penyakit judam (kusta) pada anak. Wajib bagi
seorang wanita mengetahui ilmu yang dibutuhkannya termasuk hukum-hukum
haid, istihadzoh, serta nifas. Andai suaminya mengetahui ilmu tersebut
maka wajib mengajarinya, dan andaikan tidak bisa maka wanita tersebut
diperbolehkan keluar untuk mengaji / bertanya pada ulama’ bahkan wajib
dan haram bagi suami tersebut melarang isterinya, kecuali dia mau
bertanya dan memberi tahukan kepada isterinya sehingga isterinya sudah
merasa cukup dengan berita / kabar darinya,seorang isteri tidak boleh
keluar menuju tempat dzikir atau tempat belajar kebaikan kecuali dengan
ridhonya.”ﺗُﺤْﻔَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﺝِ ﻓِﻲ ﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟْﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ: 43 / ,426)
ﺗَﻨْﺒِﻴﻪٌ ( ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻜَﺒَﺎﺋِﺮِ ﺗَﺮْﻙُ ﺗَﻌَﻠُّﻢِ
ﻣَﺎﻳَﺘَﻮَﻗَّﻒُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺻِﺤَّﺔُ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﻓَﺮْﺽُ ﻋَﻴْﻦٍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻜِﻦْ
ﻣِﻦْﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮَﺓِ ﻟَﺎ ﺍﻟْﺨَﻔِﻴَّﺔِ .
Kitab
Tuhfah al-Muhtaj Fi Syarh al-Minhaj, Juz 43, hlm 426:“Tanbih:
Selayaknya sebagian dosa besar bagi yang meninggalkan belajar ilmu yang
bisa mengesahkan fardhu ‘ain hanya saja sebatas permasalahan yang jelas
bukannya permsalahannya yang samar.”
Pertanyaan :
b. Sebatas mana seorang wanita harus memahami ilmu-ilmu tersebut?
JAWABAN
Sebatas
ilmu yang ia butuhkan untuk melaksanakan hal-hal yang difardlukan,
sehingga perkara fardlu yang telah ia laksanakan dihukumi sah. Misalnya
dalam hal sholat, maka ia wajib mempelajari tentang syarat, rukun dan
hal-hal terkait dengan shalat sehingga menjadikan sholat yang ia lakukan
itu sah.ﺇِﻋَﺎﻧَﺔُ ﺍﻟﻄَّﺎﻟِﺒِﻴْﻦَ : /4 80)ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ( ﺃَﻱْ ﻣِﻦَ
ﺍْﻟﻤَﻮَﺍﺿِﻊِ ﺍﻟْﻤَﺬْﻛُﻮْﺭَﺓِ ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺧُﺮُﻭْﺟُﻬَﺎﻟِﺘَﻌَﻠُّﻢِ
ﺍْﻟﻌُﻠُﻮْﻡِ ﺍْﻟﻌَﻴْﻨِﻴَّﺔِ ﺃَﻱْ ﻛَﺎْﻟﻮَﺍﺟِﺐِ ﺗَﻌَﻠُّﻤُﻪُ ﻣِﻦَ
ﺍْﻟﻌَﻘَﺎﺋِﺪِﻭَﺍْﻟﻮَﺍﺟِﺐِ ﺗَﻌَﻠُّﻤُﻪُ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺼَﺤِّﺢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ
ﻭَﺍﻟﺼِّﻴﺎَﻡَ ﻭَﺍﻟْﺤَﺞَّﻭَﻧَﺤْﻮَﻫَﺎ.
Kitab I’anah
al-Tholibiin, Juz 4, hlm 80:“(Qouluhu Khurujuha) termasuk tempat-tempat
yang boleh didatangi yaitu tempat keluarnya seorang wanita untuk mencari
ilmu yang ‘ainiyah (ilmu pribadi) contohnya seperti ilmu yang wajib
dipelajarinya yaitu ilmu aqo’id, dan perkara yang wajib dipelajarinya
yaitu ilmu yang mengesahkan sholat, puasa, haji dan sebagainya.”
Pertanyaan :
c.
Berdosakah pengelola yayasan/ sekolah yang tidak mengajarkan ilmu-ilmu
yang wajib (fardhu ‘ain) untuk dipelajari, seperti ilmu tentang
kewanitaan?
JAWABAN
Jika
pengelola yayasan mengetahui muridnya tidak mengetahui ilmu fardlu ain
itu, maka berdosa jika membiarkannya, sementara pihak yayasan mampu
memberikan pelajaran tentang ilmu itu. Dan apabila tidak mampu, maka
harus memberi kesempatan muridnya untuk belajar di luar.ﺳُﻠَّﻢُ
ﺍﻟﺘَّﻮْﻓِﻴْﻖِ :ﺹ 15.} ﻓَﺼْﻞٌ{ ﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ ﺃَﺩَﺍﺀُ
ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﺍَﻭْﺟَﺒَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﻬْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ
ﺫَﻟِﻚَ ﺍِﻥْ ﻗَﺪَﺭَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺍِﻻَّﻓَﻴَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻِﻧْﻜﺎَﺭُ
ﺑِﻘَﻠْﺒِﻪِ ﺍِﻥْ ﻋَﺠَﺰَ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻘَﻬْﺮِ ﻭَﺍْﻻَﻣْﺮِﻭَﺫَﺍﻟِﻚَ ﺍَﺿْﻌَﻒُ
ﺍْﻻِﻳْﻤَﺎﻥِ .
Kitab Sulam al-Taufiq, hlm
15:“Faslun: Wajib bagi setiap mukallaf untuk melaksanakan segala yang
diwajibkan oleh Allah, dan wajib pula memaksa orang lain untuk
melaksanakan kewajiban tersebut apabila punya kemampuan, dan bila tidak
punya kemampuan maka wajib ingkar dengan hati bila mana lemah untuk
memaksa dan memerintah dan ini adalah iman yang paling lemah.”ﻣُﻐْﻨِﻲ
ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﺎﺝِ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﺃَﻟْﻔَﺎﻅِ ﺍﻟْﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ : 1/296ﻭَﻳَﺠِﺐُ
ﻋَﻠَﻰ ﺍْﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ﺗَﻌَﻠُّﻢُ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ
ﺃَﺣْﻜَﺎﻡِﺍﻟْﺤَﻴْﺾِ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِﺤَﺎﺽِﺓَ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﺱِ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ
ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻬَﺎ، ﻭَﺇِﻻَّ ﻓَﻠَﻬَﺎ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝُ
ﻟِﺴُﺆَﺍﻝِ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ، ﺑَﻞْﻳَﺠِﺐُ ﻭَﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﻨْﻌُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺄَﻝَ ﻫُﻮَ ﻭَﻳُﺨْﺒِﺮَﻫَﺎKitab Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifati
Alfadzi al-Minhaj, Juz 1, hlm 296.
“Wajib bagi
seorang wanita mempelajari ilmu yang dibutuhkannya yakni ilmu haid,
istihdzoh dan nifas, andai kata suaminya alim maka dia wajib
mengajarinya, andaikata suaminya tidak alim maka wanita tersebut boleh
keluar untuk bertanya pada ulama’ bahkan wajib, dan haram bagi seorang
suami menghalanginya kecuali dia mau bertanya dan memberi keterangan
kepada isterinya.”