022.salaman sampai melebihi batas aqollu ruku

Assalamualaikum, 

tentang mushofakhah (salaman) sampai melebihi batas aqollu ruku'. Bagaimanakah hukumnya?? Mengingat kejadian ini lumrah terjadi di masyarakat, dalam mencium tgn kyai, atau haba'ib.

JAWABAN

Wa'alaikum salam wr wb..

Menjawab pertanyaan dimuka, mengenai berjabat tangan hingga ukuran membungkuk ( inhinaan ) kpd para ulama di tafsil :

Dalam satu fasal mgenai ruku diselain kpd Allah Swt , Berkata Ulama : Adapun suatu keadaan mushofahah ( berjabat tgn) yg sdh mjadi kebiasaan hingga merendahken pangkal kepalanya hingga membungkukken badannya hingga batasan tsb tdk dpt menghasilken dgn nya kpd bentuk sedikitnya pekerjaan ruku , ketika bertemu, tdk menjadi kafir dan juga tdk mjadi haram perbuatan tersebut. Namun sepatutnya lah Makruh berbuat yg demikian tsb. Satu dalil dari sabda paduka Nabi Saw tak kala ditanya beliau : " wahai utusan Allah SAW , " Apakah boleh bila seorang laki2 berjumpa dgn saudaranya atau kawan dekatnya ia membungkukan badannya ?" Nabi Saw sabdaken : " Tidak boleh ", Lantas bertanya lagi " Apakah wajib bagiku membaliknya (acuh tanpa respon) ?" Nabi sabdaken : " Tidak boleh " , Berkata lagi " Kalu begitu Aku raih dan jabat tangannya dgn bersalaman padanya ?" Nabi sabdaken : "na'am (ya!)". ALHADIST. 

Point pertanyaan diatas : Adapun jika seorang tsb membungkuk sebagaimana sampai nya ia kpd bentuk sprti ruku , maka sungguh telah memberi pencerahan para ulama bahwa

(1) bila ia tdk ada maksud untuk mengaggungken orang tersebut meyerupai pengaggungan kepada ALLAH SWT , tidaklah membuat dirinya mjadi kafir serta haram prilakunya, namun perbuatan tersebut anat tdk disukai ( Makruh syiddah ) karena prilaku membungkuk itu dapat meyebabken kebiasaan penghambaan kpd kebanyakan para makhluk Nya.

(2). Telah memberi pencerahan jg sebagian ulama bahwa Haram hukumnya membungkuk meski ia tdk bermaksud demikian.

(3). Berkata ibn i'llin Asshodiqiy jika ia bermaksud membungkuk kpd nya dan mengaggungkannya sbgaimana pengaggungan kpd Allah SWT maka ia dpt menjadi Murtad keluar dari agama Islam dan dihukumi Kafir

dalam kitab nihyatul muhtaz sof 417 : Mushonif berkata maka jika ia bermaksud mengaggungken makhluk yakni sekiranya ia tidak bertujuan dmikian, pelakunya tdk mnjadi kafir, bahken tdklah mjadi haram jg sebagaimana bentuk keseluruhan manakala hal tsb sdh mjadi tradisi. Hal ini telah di singgung dlm satu bab kajian ttg ketawadhuan nabi saw. Mushonif mengatakan bahwa terdapat dlm suatu riwayat terhadap kemakruhan didlm perbuatan tsb perbedaannya adlh : berdiri dlm rangka menghormati memuliaken dan tdk ada sifat riya tdklah mgandung perkara yg tdk disukai (makruh), dan dibedakan atas keharaman semacam aktifitas sperti ruku selain bukan dgn tujuan semata pengaggungan Allah swt dan berdiri untuk memuliaken. Sampai pada perkataan mushonif bahwa menundukken kepala hingga membungkukken badan secara adat yg mjadi tradisi tdklah mjadi kafir juga tdk sampai derajat haram, meskipun demikian kami berpendapat hal tersebut semestinya tidak disukai (makruh)

MA'KHODZ

Al-Mausuah Quwatiyyah :

ﺛﺎﻧﻴًﺎ: ﺍﻟﺮّﻛﻮﻉ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠّﻪ - 14 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ: ﻣﺎ ﺟﺮﺕ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻔﺾ ﺍﻟﺮّﺃﺱ ﻭﺍﻻﻧﺤﻨﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﺣﺪٍّ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻗﻞّ ﺍﻟﺮّﻛﻮﻉ - ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠّﻘﺎﺀ - ﻻ ﻛﻔﺮ ﺑﻪ ﻭﻻ ﺣﺮﻣﺔ ﻛﺬﻟﻚ، ﻟﻜﻦ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻟﻤﻦ ﻗﺎﻝ ﻟﻪ} :ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠّﻪ، ﺍﻟﺮّﺟﻞ ﻣﻨّﺎ ﻳﻠﻘﻰ ﺃﺧﺎﻩ ﺃﻭ ﺻﺪﻳﻘﻪ ﺃﻳﻨﺤﻨﻲ ﻟﻪ ؟ ﻗﺎﻝ: ﻻ، ﻗﺎﻝ: ﺃﻓﻴﻠﺘﺰﻣﻪ ﻭﻳﻘﺒّﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ: ﻻ، ﻗﺎﻝ: ﺃﻓﻴﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻩ ﻭﻳﺼﺎﻓﺤﻪ ؟ ﻗﺎﻝ: ﻧﻌﻢ.{ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ. ﺃﻣّﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﺤﻨﻰ ﻭﻭﺻﻞ ﺍﻧﺤﻨﺎﺅﻩ ﺇﻟﻰ ﺣﺪّ ﺍﻟﺮّﻛﻮﻉ ﻓﻘﺪ ﺫﻫﺐ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﺃﻧّﻪ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻐﻴﺮ ﻛﺘﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﻠّﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻛﻔﺮًﺍ ﻭﻻ ﺣﺮﺍﻣًﺎ، ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﺷﺪّ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻷﻥّ ﺻﻮﺭﺗﻪ ﺗﻘﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﻛﺜﻴﺮًﺍ. ﻭﺫﻫﺐ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺣﺮﻣﺔ ﺫﻟﻚ ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ، ﻷﻥّ ﺻﻮﺭﺓ ﻫﻴﺌﺔ ﺍﻟﺮّﻛﻮﻉ ﻟﻢ ﺗﻌﻬﺪ ﺇﻻّ ﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﻟﻠّﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ. ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﻠّﺎﻥ ﺍﻟﺼّﺪّﻳﻘﻲّ: ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﺤﺮّﻣﺔ ﺍﻻﻧﺤﻨﺎﺀ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠّﻘﺎﺀ ﺑﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﺮّﻛﻮﻉ، ﺃﻣّﺎ ﺇﺫﺍ ﻭﺻﻞ ﺍﻧﺤﻨﺎﺅﻩ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﺇﻟﻰ ﺣﺪّ ﺍﻟﺮّﻛﻮﻉ ﻗﺎﺻﺪًﺍ ﺑﻪ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻈّﻢ ﺍﻟﻠّﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ، ﻓﻼ ﺷﻚّ ﺃﻥّ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻳﺮﺗﺪّ ﻋﻦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻛﺎﻓﺮًﺍ ﺑﺬﻟﻚ، ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺳﺠﺪ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ

Nihayatul Muhtaj :

ﺹ: 417 [ ) ﻗﻮﻟﻪ : ﻓﺈﻥ ﻗﺼﺪ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻣﺨﻠﻮﻕ ( ﺃﻱ ﻓﻠﻮ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﺫﻟﻚ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻛﻔﺮﺍ ، ﺑﻞ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﺃﻳﻀﺎ ﻛﻤﺎ ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻪ ﻗﻮﻝﻩ ﻟﻮﻗﻮﻉ ﺻﻮﺭﺗﻪ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﻋﺎﺩﺓ ، ﻟﻜﻦ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺣﺞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﻤﺎﺋﻞ ﻓﻲ ﺑﺎﺏ ﺗﻮﺍﺿﻌﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻨﺪ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ : ﻭﻛﺎﻧﻮﺍ ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻭﻩ ﻟﻢ ﻳﻘﻮﻣﻮﺍ ﻟﻪ ﻟﻤﺎ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﻦ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ ﻟﺬﻟﻚ ﻧﺼﻬﺎ : ﻭﻳﻔﺮﻕ ﺑﻴﻨﻪ : ﺃﻱ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻟﻺﻛﺮﺍﻡ ﻻ ﻟﻠﺮﻳﺎﺀ ﻭﺍﻹﻋﻈﺎﻡ ﺣﻴﺚ ﻛﺎﻥ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ ، ﻭﺑﻴﻦ ﺣﺮﻣﺔ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﺇﻋﻈﺎﻣﺎ ﺑﺄﻥ ﺻﻮﺭﺓ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻢ ﺗﻌﻬﺪ ﺇﻻ ﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺨﻼﻑ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺍ ﻫـ . ﻭﻫﻲ ﺻﺮﻳﺤﺔ ﻓﻲ ﺃﻥ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﺼﻮﺭﺓ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺑﺄﻧﻬﺎ ﻟﻢ ﺗﻊﻫﺪ ﻟﻤﺨﻠﻮﻕ ، ﻭﻫﻲ ﻣﻨﺎﻓﻴﺔ ﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺸﺎﺭﺡ ﻟﻮﻗﻮﻉ ﺻﻮﺭﺗﻪ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﻋﺎﺩﺓ ، ﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﺟﺮﺕ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻔﺾ ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻭﺍﻻﻧﺤﻨﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﺣﺪ ﻻ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻗﻞ ﺍﻝﺭﻛﻮﻉ ﻓﻼ ﻛﻔﺮ ﺑﻪ ﻭﻻ ﺣﺮﻣﺔ ﺃﻳﻀﺎ ﻟﻜﻦ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ

Hasyiah aljamal ala minhajHasyiah Assaywani juz 9 sof. 29. smile emotikon

(1, - ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ - ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺮﺩﺓ - ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺭﻗﻢ1 ﻭﻫﻲ (2,) ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ - ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﻟﺸﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺯﻛﺮﻳﺎ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ ﺍﻟﻠﻪ 3 ﺣﻮﺍﺷﻲ ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﻧﻲ - ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﻧﻲ ﻭﺍﻟﻌﺒﺎﺩﻱ - ﺝ ٩ - ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٩٢

Fawaidul Makkiyah

و حنى الظهر مكروه و كذا بالرأس و تقبيل نحو رأس او يد او رجل كذالك و يندب ذلك لنحو زهد او صلاح او كبر سن او شرف اتباعا للسلف والخلف و كذا الولادة او نسب او ولاية مصحوبة بصيانة او لمن يرجي خيره او يخاف من شره ولو كافرا خشي منه ضرر لا يحتمل عادة و تقبيلها لدنيا او ثروة او نحوهما كشوكة ووجاهة عند اهل الدنيا مكروه شديد الكراهة. "سبعة كتب مفيدة ص 169 "

Wallohu A'lamu Bis-Syowab.