012.Maqsud Sayyidina 'Umar bertawassul dengan Sayyidina 'Abbas


pertanyaanya, "Jika tawasul dengan nabi yang sudah wafat dipeerbbolehkan, mengapa saat terjaadi kemarau Khalifah Umar bertawasul langsung ke paman Nabi sayyidina Abbas, tidak langsung ke makam Nabi sedangkan sahabat Umar tentu lebih tahu keutamaan dan kemaqbulan Nabi daripada Sahabat Abbas.".Adakah qoul ulama dalam suatu kitab yang menjelaskan alasan ini?

JAWABAN

Wa'alaikum salam wr wb...

Agar alurnya selaras dengan siyaqul kalam nya kami cutip dulu alhadistnya :

 ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﺇِﻥَّ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺍﻟﺨَﻄَّﺎﺏِ ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﺤَﻄُﻮْﺍ ﺍﺳْﺘَﺴْﻘَﻰ ﺑِﺎﻟﻌَﺒَّﺎﺱِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻤُﻄَﻠِّﺐِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺘَﻮَﺳَّﻞُ ﺇَﻟَﻴْﻚَ ﺑِﻨَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻓَﺘُﺴْﻘِﻴْﻨَﺎ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﻧَﻨَﺘَﻮَﺳَّﻞُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺑِﻌَﻢِّ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻓَﺎﺳْﻘِﻨَﺎﻓَﻴَﺴْﻘُﻮْﻥَ. ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻓﻰ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﺝ1 : ﺹ137: ___

Artinya :
Dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Umar berkata: "Ya Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami SAW dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman Nabi kita SAW, maka turunkanlah hujan, maka hujanpun turun. (HR. Bukhori)

Kenapa harus dgn Sayyidina abbas ra : dan dalam hal ini bahwa sayyiduna abbas berusia lbh tua dari paduka nabi saw dua atau tiga tahun , dan beliau sdh memeluk islam ketika sedang masyur nya bahken sebelum fathul makkah ( pengambil alihan kekuasaan oleh rasul saw dan pasukkannya ) ada yg mengataken sebelum islam masyhur , bukan dari jarak yg terlampau jauh dr keislaman sayyiduna ibn abbas ra.

Dari sini kita dapati bertabarruk dgn sayyiduna ibn abbas yg telah beriman kpd rasulullah saw sebelum islam masyur , ya pejuang juga qorib dgn paduka nabi saw.

Adapun qoulnya abi rof'iy dlm suatu hikayah nya adalah " seakan akan agama islam ini masuk meyebar kepada kami melalui pintu2 ahluh bait nya nabi saw " , maka mau nda mau sayyiduna ibn abbas masuk keislamannya dari pintu ahluh bait ini , hal ini masih sembunyi2 menutupi keislamannya krn beliau menjadi ken dirinya sebagai penebus atau tebusan (benteng pelindung nabi saw), anak putra nya sayyiduna abi tholib ra yg saat itu tdk ikut berhijrah sebelum fathul makkah , saat itu sayyiduna umar blm masuk islam.

Dari sini kita peroleh bahwa sayyiduna abbas ra adalah ahlul bait nya paduka nabi saw. Sayyiduna umar bertawasul dgn ahlul baitnya nabi saw.

Seperti yang sudah dijelaskan waktu kopdar Pengajian Rutin yang ke 17 kemaren kami mengangkat penjelasan hadits ini dari kitab "mafahim", lengkap artinya dibawah ini.....

Orang yang memahami dari ucapan amirul mu’minin bahwasanya ia bertawassul dengan ‘Abbas – tidak dengan Nabi SAW karena ‘Abbas masih hidup sedang Nabi telah wafat –berarti pemahamannya telah mati, dikuasai oleh prasangka, dan memanggil kepada dirinya dengan kondisi lahiriah atau fanatisme yang mendominasi pemikirannya. Karena ‘Umar tidak bertawassul dengan ‘Abbas kecuali karena hubungan familinya dengan Rasulullah SAW. Hal ini bisa diketahui dalam ucapan `Umar : “Sesungguhnya saya bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi-Mu maka mohon turunkan hujan kepada kami.” Dengan demikian, ‘Umar telah bertawassul dengan Rasulullah dengan cara paling maksimal.

Sungguh sangat jauh dari kebenaran mereka yang memvonis musyrik seseorang yang bertawassul dengan orang mati padahal mereka memperbolehkan tawassul dengan orang hidup. Sebab jika tawassul dikategorikan kemusyrikan maka tidak akan diperbolehkan baik dengan orang hidup atau mati. Bayangkan saja, bukankah meyakini ketuhanan dan penyembahan kepada selain Allah dari Nabi, raja atau wali adalah tindakan syirik dan kufur yang tidak diperkenankan baik dalam keadaan hidup atau sudah mati. Apakah engkau pernah mendengar orang berkata, Bahwa meyakini ketuhanan kepada selain Allah diperbolehkjan jika ia masih hidup. Jika telah mati dikategorikan musyrik. Engkau telah mengetahui bahwa menjadikan orang yang diagungkan sebagai mediator kepada Allah bukan berarti penyembahan terhadap mediator itu kecuali jika orang yang bertawassul meyakini bahwa mediator itu adalah tuhan, sebagaimana keyakinan para penyemabha berhala terhadap berhala mereka. Jika tidak memiliki keyakinan demikian dan karena ia diperintahkan Allah untuk menjadikan mediator maka tindakan ini berarti penyembahan terhadap yang memberi perintah.
(mafahim)

mengenai kebolehan tawasul dengan yang telah wafat juga dijelaskan dalam kitab tsb...dibawah ini..

Tawassul tidak khusus hanya pada saat Nabi SAW masih hidup. Justru sebagian shahabat menggunakan ungkapan tawassul di atas sesudah beliau wafat. Hadits ini telah diriwayatkan oleh At-Thabarani dan menyebutkan pada awalnya sebuah kisah sbb :
seorang lelaki berulang-ulang datang kepada ‘Utsman ibn ‘Affan untuk keperluannya.
‘Utsman sendiri tidak pernah menoleh kepadanya dan tidak mempedulikan keperluannya.
Lalu lelaki itu bertemu dengan ‘Utsman ibn Hunaif. Kepada Utsman ibn Hunaif ia mengadukan sikap Utsman ibn ‘Affan kepadanya. “Pergilah ke tempat wudlu, “ suruh ‘Utsman ibn Hunaif, “lalu masuklah ke masjid untuk sholat dua raka’at. Kemudian bacalah doa’ :
"Ya Allah sungguh saya memohon kepada-Mu bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad Nabi rahmat. Wahai Muhammad saya bertawassul kepada Tuhanmu lewat dengan engkau. Maka kabulkanlah keperluanku.” Dan sebutkanlah keperluanmu….!

Lelaki itu pun pergi melaksanakan saran dari Utsman ibn Hunaif. Ia datang menuju pintu gerbang Utsman ibn Affan yang langsung disambut oleh penjaga pintu. Dengan memegang tanggannya, sang penjaga langsung memasukkannya menemui Utsman ibn Affan. Utsman mempersilahkan keduanya duduk di atas permadani bersama dirinya.
“Apa keperluanmu,” tanya Utsman. Lelaki itu pun menyebutkan keperluannya kemudian Utman memenuhinya. “Engkau tidak pernah menyebutkan keperluanmu hingga tiba saat ini.” kata Utsman, “Jika kapan-kapan ada keperluan datanglah kepada saya,” lanjut Utsman. Setelah keluar, lelaki itu berjumpa dengan Utsman ibn Hunaif dan menyapanya,
“ Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Utsman ibn Affan sebelumnya tidak pernah mempedulikan keperluanku dan tidak pernah menoleh kepadaku sampai engkau berbicara dengannya. “Demi Allah, saya tidak pernah berbicara dengan Utsman ibn Affan. Namun aku menyaksikan Rasulullah didatangi seorang lelaki buta yang mengadukan matanya yang buta. “Adakah kamu mau bersabar ?” kata beliau. “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penuntun dan saya merasa kerepotan,”katanya.
“Datanglah ke tempat wudlu’ lalu berwudlu’lah kemudian sholatlah dua raka’at.
Sesudahnya bacalah do’a ini.” “Maka demi Allah, kami belum bubar dan belum lama obrolan selesai sampai lelaki buta itu masuk seolah ia belum pernah mengalami kebutaan.” Kata Utsman ibn Hunaif.

Al-Mundziri berkata, “Hadits di atas diriwayatkan oleh At-Thabarani.” Setelah menyebut hadits ini At-Thabarani berkomentar, “Status hadits ini shahih.” (At-Targhib jilid 1 hlm.440. Demikian pula disebutkan dalam Majma’u Az-Zawaid. Jilid 2 hlm. 279 ).
(mafahim)

KESIMPULANNYA : mengapa saat terjaadi kemarau Khalifah Umar bertawasul langsung ke paman Nabi sayyidina Abbas, tidak langsung ke makam Nabi sedangkan sahabat Umar tentu lebih tahu keutamaan dan kemaqbulan Nabi daripada Sahabat Abbas.

Karena sayyidina umar ingin mengajarkan dan mencontohkan bahwa tawasul kepada selain Nabi SAW adalah BOLEH.

Wallohu A'lamu Bis-Syowab.

MA'KHODZ

point (1)

 ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺃﺳﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺑﺴﻨﺘﻴﻦ ﺃﻭ ﺑﺜﻼﺙ ، ﻭﻛﺎﻥ ﺇﺳﻼﻣﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻗﺒﻞ ﻓﺘﺢ ﻣﻜﺔ ، ﻭﻗﻴﻞ : ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ، ﻭﻟﻴﺲ ﺑﺒﻌﻴﺪ

point ke (2)

 . ﻭﺃﻣﺎ ﻗﻮﻝ ﺃﺑﻲ ﺭﺍﻓﻊ ﻓﻲ ﻗﺼﺔ : ﺑﺪﺭ " ﻛﺄﻥ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺩﺧﻞ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ " ﻓﻼ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺇﺳﻼﻡ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺣﻴﻨﺌﺬ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻣﻤﻦ ﺃﺳﺮ ﻳﻮﻡ ﺑﺪﺭ ﻭﻓﺪﻯ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻋﻘﻴﻼ ﺍﺑﻦ ﺃﺧﻴﻪ ﺃﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ ﻛﻤﺎ ﺳﻴﺄﺗﻲ ، ﻭﻷﺟﻞ ﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻬﺎﺟﺮ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻔﺘﺢ ﻟﻢ ﻳﺪﺧﻠﻪ ﻋﻤﺮ

point (3)

 ﻓﻲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ ﻣﻊ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﺑﻔﻀﻠﻪ ﻭﺍﺳﺘﺴﻘﺎﺋﻪ ﺑﻪ ، ﻭﺳﻴﺄﺗﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻓﻲ ﺇﺟﻼﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻋﻤﻪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻤﻐﺎﺯﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ ﺍﻟﻨﺒﻮﻳﺔ . ﻭﻛﻨﻴﺔ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻔﻀﻞ

TAMBAHAN MENGENAI KEUTAMAAN ZIAROH KUBUR

 ،ﺹ: 259 [ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ : ﻣﻦ ﺯﺍﺭ ﻗﺒﺮﻱ ﻭﺟﺒﺖ ﻟﻪ ﺷﻔﺎﻋﺘﻲ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ

ﻣﻦ ﻃﺮﻕﻋﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﺑﻦﻗﺴﻴﻂ ، ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ : ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﻳﺴﻠﻢ ﻋﻠﻲ ﻋﻨﺪ ﻗﺒﺮﻱ ﻓﻬﺬﻩ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻣﻘﺘﻀﺎﻫﺎﺍﻟﺘﺨﺼﻴﺺ ، ﻭﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺘﺒﻲ ﻗﺎﻝ : ﻛﻨﺖﺟﺎﻟﺴﺎ ﻋﻨﺪ ﻗﺒﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ -ﻓﺠﺎﺀ ﺃﻋﺮﺍﺑﻲ ﻓﻘﺎﻝ : ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝﺍﻟﻠﻪ ﺳﻤﻊﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﻟﻮ ﺃﻧﻬﻢ ﺇﺫ ﻇﻠﻤﻮﺍﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﺟﺎﺀﻭﻙ ﻓﺎﺳﺘﻐﻔﺮﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﺳﺘﻐﻔﺮﻟﻬﻢ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻟﻮﺟﺪﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻮﺍﺑﺎ ﺭﺣﻴﻤﺎ ]ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : 64 [ ﻭﻗﺪ ﺟﺌﺘﻚ ﻣﺴﺘﻐﻔﺮﺍ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻲﻣﺴﺘﺸﻔﻌﺎ ﺑﻚ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻲ .ﺛﻢ ﺃﻧﺸﺪ ﻳﻘﻮﻝ :ﻳﺎ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺩﻓﻨﺖ ﺑﺎﻟﻘﺎﻉ ﺃﻋﻈﻤﻪ ﻓﻄﺎﺏ ﻣﻦﻃﻴﺒﻬﻦ ﺍﻟﻘﺎﻉ ﻭﺍﻷﻛﻢ ﻧﻔﺴﻲ ﺍﻟﻔﺪﺍﺀ ﻟﻘﺒﺮ ﺃﻧﺖﺳﺎﻛﻨﻪﻓﻴﻪ ﺍﻟﻌﻔﺎﻑ ، ﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﺠﻮﺩ ، ﻭﺍﻟﻜﺮﻡ.ﺛﻢ ﺍﻧﺼﺮﻑ ﺍﻷﻋﺮﺍﺑﻲ ﻓﻐﻠﺒﺘﻨﻲ ﻋﻴﻨﻲ ﻓﻨﻤﺖﻓﺮﺃﻳﺖ ﺍﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻓﻘﺎﻝ :ﻳﺎ ﻋﺘﺒﻲ ﺍﻟﺤﻖ ﺍﻷﻋﺮﺍﺑﻲ ، ﻭﺑﺸﺮﻩ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺪﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺳﻼﻣﻪ ﻣﺴﺘﻘﺒﻼ ﻟﻪ ﻻﻟﻠﻘﺒﻠﺔ ، ﺛﻢ ﻳﺴﺘﻘﺒﻠﻬﺎ ، ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﺤﺠﺮﺓ ﻋﻦﻳﺴﺎﺭﻩ ، ﻭﻳﺪﻋﻮ ، ﻭﻓﻲ " ﺍﻟﻤﺴﺘﻮﻋﺐ " ﻭﻏﻴﺮﻩﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﻘﺒﻠﻪ ، ﻭﻳﺪﻋﻮ . ﻭﻇﺎﻫﺮﻩ ﻗﺮﺏ ﻣﻦﺍﻟﺤﺠﺮﺓ ﺃﻭ ﺑﻌﺪ ﻣﻨﻬﺎ ، ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺗﻤﺴﺤﻪ

Wallohu A'lamu Bis-Syowab.