48.Menasehati Hartawan Zalim

Salah seorang pemuda menjadi kaya karena warisan dari orang tuanya.
Kehidupannya drastis menjadi orang kaya dan hampir semua orang ingin berkawan dengannya.
Berita akan kekayaan si pemuda ini cepat ersebar hingga ke pelosok desa, dan masyarakat kagum akan megahnya rumah yang dia bangun, ya karena memang tampak berbeda dengan rumah lainnya.

Enatahlah apa yang ada di hati si pemuda ini, hampir setiap hari dia mengadakan pesta di rumahnya.
Karena dibujuk oleh beberapa teman agar menyajikan pesta yang lebih meriah dari hari ke hari, lama kelamaan kekayaannya pun mulai menipis karena untuk pesta meriah yang diadakannya sendiri.

Benar saja, hanya dalam waktu yang singkat, uang yang dimiliki pemuda tersebut telah habis, bahkan dirinya tak mampu lagi memberi gaji kepada pembantunya sendiri.
Efeknya lagi, kawan-kawannya mulai menjauhinya dengan perlahan-lahan pula.

Pemuda tersebut benar-benar menjadi miskin dan hidup sebatang kara tanpa seorang pun yang mendampinginya.
Pemuda itu berniat mendatangi Abu Nawas agar kembali mendapatkan berkah.
Pemuda itu mengutarakan maksudnya,
"Uang saya sudah habis dan kawan-kawan saya telah meninggalkanku, apa yang seharusnya aku lakukan," keluh pemuda itu.
"Jangan khawatir, segalanya akan normal kembali, tunggu saja beberapa hari ini, kau akan kembali tenang dan bahagia," tutur Abu Nawas.
"Jadi saya akan segera kembali kaya," kata pemuda itu girang.

"Bukan begitu maksudku, kau salah tafsir, maksudku dalam waktu yang tidak terlalau lama kau akan terbiasa menjadi orang yang miskin dan tidak mempunyai teman," jelas Abu Nawaskepada pemuda tersebut.

Kemudian Abu Nawas menjelaskan bahwa apa yang diterima dan dialami oleh pemuda tersebut adalah akibat dari apa yang dialkukannya sendiri.
Selain itu, dirinya pun tak pernah sekali pun untuk berusaha mengelola harta yang dimilikinya.